10/21/2007

Get Married

Film ini ceritanya tentang Mae, yang sahabatan sama Guntoro, Eman, sama Beni. Mae Yang cita-citanya jadi Polwan malah jadi lulusan sekolah sekretaris. Guntoro yang pengen jadi pelaut, akhirnya Cuma jadi lulusan kursus komputer. Beni, yang mau jadi petinju, nyasar di kursus budidaya pisang. Eman yang pengen jadi politikus malah dijerumuskan sama orangtuanya ke pesantren, dan, kabur. Akhirnya, nganggurlah mereka, jadi preman kampung.

Masalah – masalah mulai muncul ketika nyokap bokapnya Mae keukeuh kalo Mae harus buru-buru nikah. Gimanapun, kata bokapnya Mae, dia punya kewajiban buat nerusin sejarah. Manusia harus berkembang biak, kata bokapnya Mae. Padahal, pada intinya, orangtuanya Mae mau memindahtangankan tanggung jawab ngurusin Mae ke suaminya nanti.

Setelah ketemu beberapa calon pilihan bokap nyokapnya, Mae akhirnya cocok sama anak komplek elite deket kampungnya. Sialnya, gara – gara salah paham, jadinya kacau. Sementara, ibunya Mae malah sakit. Supaya ibunya sembuh, Mae akhirnya mutusin buat nikah sama salah satu dari tiga orang sahabatnya. Selesai? Nggak man. Pas hari kawinannya, malah ada tawuran kampung sama komplek elite sebelah. Seru banget ni pokoknya.

Film ini berasa banget Hanung-nya. Apalagi prolog narasi di film Jomblo dipake juga di film ini. Kalo lo suka banget film Jomblo, kemungkinan besar lo akan suka film ini juga. Kombinasi Desta – Ringgo – Aming – Nirina kocak banget.

Buat gw, Get Married jadi ‘pencerahan’ di tengah film-film horor murahan Indonesia yang (kebanyakan) nggak layak tonton yang sekarang lagi banyak beredar di bioskopnya grup 21. Makanya, saran gw, kalo mo nonton di grup 21, tonton Get Married. Kalo udah nonton, cari film laen aja di Blitz. The Jak udah ada tuh. Di Blitz Bandung baru ada midnitenya kemaren.


10/12/2007

Le Grand Voyage

Le Grand Voyage ini ceritanya tentang si ayah yang pengen pergi haji, naek mobil, sama anaknya, namanya Reda.
Sepanjang jalan, ada-ada aja masalahnya. Ketimbun salju, orang nggak dikenal yang tiba-tiba numpang, paspor bermasalah, duit kecolongan, yang sebenernya berakar dari konflik si ayah-anak ini sendiri.
Si anak berasa kepaksa nganter ayahnya pergi haji. Nggak rela. Tapi mau gimana lagi, ayahnya keukeuh mau naik mobil instead of plane.

Film yang keren banget. Ngikutin perjalanannya Reda yang dibesarin di Perancis dan biasa dengan kultur 'jaman sekarang' sama ayahnya, orang Maroko yang kolot. Ngikutin konfliknya jalan, sampe ending yang.. bikin gw nangis.

Kata ayahnya, "When the water of the ocean rise to the heavens, they lose their bitterness to become pure again. As they evaporate, they become fresh. That's why it's better to go on your pilgrimage on foot than on horseback, on horseback than on a car, better by car than by boat."

Le Grand Voyage purifies Reda, as well as his father. Bener-bener Le Grand Voyage.

Film ini adalah film perdananya Ismael Ferroukhi, sang sutradara. Denger-denger sih katanya dia satu-satunya sutradara film komersil yang diijinin buat shooting di Mekah.

Tonton ini buat dapetin view yang beda dari ritual haji yang kita tau biasanya, juga tentang kehidupan muslim di Barat sono yang mungkin jarang-jarang kita ikutin.
Tonton, and feel the movie.